detiknews, bbcnews, cnn

Kamis, 22 April 2010

Menelusuri KRT. Prawirodigdoyo (I)

Setyaka Atmaja Setelah tumbuh dewasa, Raden Mas Ontowiryo yang kemudian bergelar Pangeran Diponegoro makin kecewa melihat pembesar-pembesar Belanda duduk sejajar dengan Sultan. Pangeran Diponegoro menganggap semua itu sebagai merosotnya martabat kerajaan dan wibawa Sultan. Suasana makin bertambah parah dengan kebiasaan baru kerabat keraton yang suka minum-minuman keras. Sementara Pangeran Diponegoro sudah tegak (bersikap luhur) menyerahkan gelar mahkotanya kepada adiknya yang masih kecil, Sultan Hamengku Buwono IV. Pangeran Diponegoro kemudian lebih banyak mengasingkan diri di tempat-tempat sepi, seperti di gua-gua di pantai selatan. Di tempat seperti inilah ia menemukan ketenangan batin. Meski demikian, ia merasa harus mengembalikan martabat Mataram dan membebaskan rakyat dari ketidak adilan dan kesengsaraan. Tak ada jalan lain, kecuali dengan harus mengusir penjajah.
 
Tanggal 23 Mei 1823, Pangeran Diponegoro menggalang kekuatan dengan para alim ulama dan tokoh-tokoh yang berpengaruh di wilayah mataram. Orang pertama yang dikunjungi adalah kiai Abdani dan Kiai Anom di Bayat, Klaten. Ia mendapat dukungan sekaligus tambahan ilmu kedigdayaan. Selanjutnya ia bersama Pangeran Mangkubumi berkunjung ke Sawit, Boyolali untuk menemui Kiai Mojo, seorang Kiai kepercayaan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono IV Kiai Mojo pun setuju dan mendukung penuh perjuangan Pangeran Diponegoro. Dengan diantar Kiai Mojo, Pangeran Diponegoro menemui Tumenggung Prawirodigdoyo di Gagatan. Tumenggung Gagatan ini adalah orang kepercayaan Susuhunan Paku Buwono VI. Pada tahun 1824, atas saran Kiai Mojo dan Tumenggung Gagatan, Pangeran Diponegoro menemui Kanjeng Susuhunan Paku Buwono VI. Ternyata Raja Surakarta ini, sangat mendukung perjuangan pamannya. Ia tidak hanya memberi dukungan dalam bentuk dana perang, tapi juga pasukan-pasukan Keraton dan para Senopati terpilih disediakan.

Banyak orang meyakini bahwa guru agama Diponegoro adalah Kyahi Taptajani, ulama besar keturunan Kyahi Nuriman dari pesantren Mlangi. Yang cukup menarik ialah pernyataan Suwarno Adinoto dalam bukunya Menyingkap Perlawanan T. Prawiro-digdoyo : Sawung Gagatan. Dikatakan bahwa Raden Mas Ontowiryo alias Pangeran Diponegoro adalah saudara seperguruan Yudo*), cucu Ngabehi Prawirosakti dari Gagatan. Mereka sama-sama pernah menjadi murid Syeh Kaliko Jipang, di pondok pesantren Petingan, di sebelah utara Jogyakarta. Usia Ontowiryo waktu itu baru delapan tahun, sedangkan Yudo lima tahun lebih tua.

*)Menurut silsilah trah gagatan, Yudo adalah putra Raden Surotaruno III, cucu Ngabehi Prawirosakti (Adimenggolo) dari Gagatan, Boyolali. Ibunya, Raden Ayu Surotaruna adalah putri Adipati Notokusumo (Pangeran Juru), patih kerajaan Surakarta yang dibuang Belanda ke Ceylon. Sejak kecil Yudo diasuh oleh kakeknya, yakni Ngabehi Prawirosakti. Setelah berusia tiga belas tahun dia dikirim ke pondok pesantren Petingan Jogyakarta. Dua saudara seperguruan itu ternyata memiliki keistimewaan yang berbeda. Yudo mewarisi pengetahuan Islam dan puncak ilmu kesaktian, sedangkan Diponegoro lebih menguasai ilmu kepemimpinan, ilmu hukum, tarikh Islam dan filsafat secara mendalam. Yudo, nantinya menjadi Bupati Pamajegan di Gagatan, bergelar Tumenggung Prawirodigdoyo. Walaupun daerahnya termasuk wilayah Surakarta, namun dia berjuang di pihak Diponegoro hingga gugur dalam peperangan. Jenasah Syekh Kaliko dan Tumenggung Prawirodigdoyo dimakamkan di Blunyah Gedhe, di sebelah utara Jogyakarta (Suwarno Adinoto, 1985:12-14).

Menurut cerita, Raden Tumenggung Prawirodidoyo memiliki pasukan sejumlah 6000 orang dengan bersenjatakan tombak, pedang, bandil dan empat buah pucuk meriam dan memiliki sebuah pusaka yang berupa sebuah kentongan pemberian dari Kyai Gunung Merbabu dengan khasiat apabila dipukul satu kali dapat terdengar diseluruh Kabupaten, rakyat yang mendengarnya akan siap siaga dan apabila dipukul dua kali maka bagi yang tidur akan bangun semua dan siap siaga dan yang takut menjadi pemberani, jika dipukul tiga kali, semuanya akan berangkat ke Gagatan dengan senjata lengkap. Hal tersebut ternyata diketahui oleh pihak Belanda dan ditulis dalam buku De Java Oorlog jilid I halaman 362.

Kegigihan Raden Tumenggung Prawirodidoyo dan I.S.K.S Pakubuwono VI dalam menumpas Belanda digambarkan sebagai seorang yang naik kuda yang baru ditangkap dari hutan dan terus dinaiki sampai di kancah peperangan, sedangkan I.S.K.S Pakubuwono VI digambarkan sebagai seekor harimau buas yang ditusuk-tusuk oleh tombak. 

R.T. Prawirodigdoyo didampingi oleh Kyai singomanjat Imam Rozi, Kyai Singolodra Umar Sidig dan Kyai Suhodo Som dan Kyai Singoyudo pada tahun 1827 mengadakan peperangan di Desa Klengkong dan pihak belanda yang waktu itu dipimpin oleh Mayor Has, Kapten Win dan Regel dan senopati dari Mataram antara lain B.P.H Urdaningrat, B.P.H Hadiwinoto, B.P.H. Hadiwijoyo dan R.T Nitinegoro bertempur dengan hebatnya, terlihat bahwa kekuatan kedua kubu seimbang dan seorang dari prajurit yang ada di Klengkong yang berpakaian celana bludru biru dengan baju tretes dengan srempang kuning emas besar dan bertopi bundar besar (songkok) yang tidak lain adalah telah terjatuh dari kudanya setelah terkena peluru meriam, namun masih dapat diselamatkan oleh para prajurit dan dibawa ke Desa Kedung Gubah dan dirawat oleh R.A. Sumirah selama 15 hari dan tepatnya sampai pada malam Jumat Pon tanggal 30 Nopember 1827 gugur karena luka dalam yang dideritanya. sebelum meninggal Raden Tumenggung Prawirodidoyo berpesan agar nanti jasadnya dimakamkan di dekat makam gurunya Seh Kalikojipang di makam Blunyah Gede dan saat nanti agar Pangeran Diponegoro serta senopati-senopati yang ada supaya lebih berhati-hati sebab sekembalinya setelah berpesan demikian Raden Tumenggung Prawirodidoyo menghembuskan nafas terahir disaksikan oleh Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, dan R.A. Sumirah dan seperti pesan terahir yang disampaikan Raden Tumenggung Prawirodidoyo dimakamkan di Makam Bluyah Gede.

40 komentar:

  1. Saya tertarik dengan gambar Prawirodigdoyo, Sr. karena saya rasanya pernah melihat lukisan seperti itu dirumah mbah kakung. Memang waktu itu mbah kakung (almarhum) sempat cerita bahwa beliau masuk trah KRT Prawirodigdoyo karena beliau adalah salah satu cucu dari Demang Gitosantoso, tanpa menjelaskan lebih lanjut bagaimana hubungan Demang Gitosantoso dengan KRT Prawirodigdoyo, sr. Karena kebetulan ketemu dengan blog ini, mungkin Prawirodigdoyo jr dapat memberi sedikit pencerahan apakah benar Demang Gitosantoso yang berdiam disekitaran Boyolali itu termasuk cucu atau cicit dari KRT Prawirodigdoyo, sr. Juga apakah ada semacam administrator yang memelihara buku yang mengadministrasikan secara relatif lengkap para turunan KRT Prawirodigdoyo, sr. Kalo tidak keberatan mohon hubungi saya, Permadi Buntoro, melalui email di perbun@yahoo.com. Maturnuwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika kakek buyut kita ada yang menajadi demang di wilayah karanggede dan sekitarnya, kemungkinan besar masih ada trah gagatan, kakek saya sendiri dulu merupakan demang desa sendang yang bernama R Ramli Wignyosastro, dan dipemakaman desa kami ada makam leluhur yaitu makam putri dari HB II, istri dari KRT. Prawurodigdoyo, kebetulan abdi dalem kesultanan jogja yang ditugaskan menjaga makam adalah mbah bibik saya, adik dari mbah lurah putri. Salam kenal untuk ngobrol lebih jauh hub.email saya suprus_putra@yahoo.com

      Hapus
    2. Salam kenal sedulur, perkenalkan nama saya catur, saya dari cucu demang seboto,mbahyutsaya bernama Sastro Sukarso memiliki anak ke empat dari bapak Harjo Sukarso

      Hapus
    3. Aassaallammualaikum,
      Saya keturunan eyang saya demang padmosantoso, Demang Klari.
      Mungkin dengan adanya blog ini, akan bisa nyambung tali silaturahmi.
      Mungkin bisa hubungi di email.
      agungwidiyatmiko31161@gmail.
      Suwun

      Hapus
  2. Saya tertarik pada blog ini...
    Semoga kedepannya punya arsip yang lebih banyak lagi. Kebetulan saya orang boyolali. Dan menurut kakek, kakek buyut saya Niti Wijoyo berasal dari Gagatan.. Mohon yang memahami nya bisa menambah kan...

    BalasHapus
  3. Kami memiliki Kakek moyang bernama So Menggolo dan iroyudo dengan hubungannya erat dgn Trah gagatan. Apakah benar demikian? Nuwun informasinipun...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin Sutomenggolo ya? Kalo ga salah istri saya masih ada keturunan jg. Kemarin baru aja Bapak Mertua minta diantar untuk melihat-lihat wonosegoro sambil menunjukkan silsilah garis keturunan.

      Hapus
  4. Mas kalau ada info buku sawung gagatan saya mau dong, dulu sodara pernah punya tp dipinjam sama temennya ilang. Suwun

    BalasHapus
    Balasan
    1. As wr wb. Saya punya judul buku Menyingkap Kepahlawana Sawung Gagatan.

      Hapus
    2. bolehkah saya minta copy buku tersebut / mungkin ada versi PDF nya

      Hapus
  5. mas kuwps, boleh saya minta nomer kontaknya?

    BalasHapus
  6. Kakeknya bpk saya R.gito pramiyo demang desa bandung dan kakeknya ibu saya adalah seorang demang desa ketoyan wiro dinomo. Katanya mereka Dua duanya keturan sawung rono..

    BalasHapus
  7. Saya denger di jakarta hari ini Kamis Legi 7 Maret 2019 ada pertemuan agung trah Gagatan apa bener ya?

    BalasHapus
  8. Assalamualaikum"Terima Kasih"Menelusuri jejak leluhur,Trah Gagatan(Semoga Ketemu)Silsilah Keluarga Besar sebagai ajang sillahturrahiim.Dan paham sejarah perjalanan leluhur dalam perjuangan"Salam Rahayu"Wassalamu'Alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh

    BalasHapus
  9. Ayah saya sudah almarhum.
    Lahirnya di Wates Klego Karanggede..
    Kakek nama nya Raden Salamun
    Cerita Ayah saya..
    Saya memiliki Kakek Eyang Raden Kyai Haji Melok..
    Masuk Trah Gagatan
    Mohon Informasi nya..
    Trimakasih sebelum nya..
    🙏🙏🙏

    BalasHapus
  10. Assalamu'alaikum wr wb
    Menarik membaca blog trah Gagatan, karena saya jg sedang menelusuri cerita leluhur saya yg menyatakan bahwa KRT Prawirodigdoyo adalah eyang kami... Namun blog ini membuat kami mencari eyang leluhur kami yg bisa menjelaskan utk menarik garis silsilah keluarga
    Eyang kami R Karmohartono anak dari buyut Raden ningrat Menik Trunadirja

    BalasHapus
  11. Assalamualaikum wr wb
    Menarik membaca blog trah Gagasan, karena saya masih cucunya Rng Darmo sastro. Pingkol.Karanggede/Demang Pingkol. Apa bila masih bisa menceritakan, kami sangat senang untuk memberi secuil data

    BalasHapus
  12. Bagus artikel di blog ini....👍👍

    Monggo di bantu referensi nya ,sapa tahu ada yg lebih tahu....🙏
    Makam tua di desa Penggung ,karang Gatak Klego , Boyolali...
    Bisa klik 👉 http://bit.ly/Makam_EYANG_ROGO_PATI_atau_Raden_Bagoes_Pamekas

    Matur swuuuuun.....🙏🙏

    BalasHapus
  13. Semoga semakin mendekatkaan para turunan Eyang Prawirodigdoyo

    BalasHapus
  14. Pangeran Diponegoro (Raden Mas Ontowiryo) mendapat perintah untuk berperang melawan Belanda bersama dengan Raden Mas Panji Yudho Prawiro (Menantu Sultan Hamengkubuwana III)—nantinya dikenal sebagai Raden Tumenggung Prawirodigdoyo, dan Raden Mas Sapardan (Putra Sunan Pakubuwana V)—nantinya bergelar Pakubuwono VI. Perintah yang diturunkan kepada mereka bertiga adalah Wahyu Senopati. Mereka mendapatkannya di Dusun Gagatan, Desa Ketoyan, Kecamatan Wonosegoro.

    Tempat di mana mereka mendapat Wahyu Senopati dinamakan Pesanggrahan Dinrah. Di sana, mereka melakukan pertapa kluweng, yaitu bertapa dengan memakai kain di tanah yang telah digali (mirip liang lahat). Menurut Mbah Zin, yang melakukan pertapa kluweng hanya Panji Yudho Prawiro dan Sapardan. Di dalam lubang, kedua ibu jari kaki mereka diikat dengan tali wangsul benang lawe selama 41 hari. Mereka duduk bersila dan posisinya berlawanan, Panji Yudho Prawiro menghadap ke utara, sedangkan Sapardan ke selatan.

    Pada hari ke-35, badai puting beliung terjadi dan cahaya putih terpancar dari langit, menyinari pusaran tempat mereka bertapa. Pada hari terakhir, Pangeran Ontowiryo bersama Kyai Kuthuk Waseso (Pangeran Ronokusumo/Sawungrono I) dan pengikut-pengikutnya membongkar pusaran tempat mereka bertapa, lalu melepaskan benang lawe, tapi Panji Yudho Prawiro dan Sapardan masih lemas dan pingsan. Berikutnya, Pangeran Ronokusumo mengucapkan “Ya Qabula”, mereka berdua pun siuman dan menceritakan pesan yang didapat saat mereka bertapa.

    Pesan pertama didapat oleh Raden Mas Sapardan, dia mendengar bisikan “Sirullah, Datullah, Wujudullah, Khalifatullah, Afengal Allah, kepelen banjur puluken.” Setelah itu, dia melihat seekor singa putih yang sudah tua, dan di hadapan singa tersebut terdapat bayi yang sedang menangis, dia pun mengangkatnya. Singa putih tersebut menggeliat dan meminta untuk ditunggangi. Selanjutnya, ia menunggangi singa tersebut sambil menggendong bayi yang tengah menangis itu. Si singa putih mengajak Pangeran Sapardan terbang sampai ke samudera agung.

    Pesan kedua didapat oleh Panji Yudho Prawiro, dia mendengar bisikan “Sirullah, Datullah, Wujudullah, Khalifatullah, Afengal Allah, kepelen banjur puluken.” Setelah itu, dia melihat seekor kuda yang mberik, dan di dekat kaki kanan kuda tersebut terdapat bayi yang menangis, dia pun mengangkatnya. Kuda tersebut kakinya menggaruk tanah dan hendak mbedhal, meminta Panji Yudho Prawiro untuk menungganginya. Setelah dia menungganginya, kuda tersebut menumbuhkan sayapnya dan mengajak Panji Yudho Prawiro terbang naik-turun gunung, keluar-masuk hutan, lalu tiba di gapura kraton. Saat akan mencapai gapura tersebut, dia terhalang pring apus (bambu), berikutnya ia terbangun.

    Pangeran Ronokusumo kemudian menginterpretasikan mimpi-mimpi (pesan-pesan) itu, bahwa semua cita-cita akan tercapai, tetapi mereka berdua tidak akan menikmati kemerdekaan, karena kemerdekaan tersebut akan dinikmati oleh anak cucu mereka berdua. Hanya ada dua pilihan, melawan Belanda atau tidak sama sekali.

    Setelah itu, Raden Mas Ontowiryo, Raden Mas Sapardan, dan Raden Mas Panji Yudho Prawiro mengucapkan Sumpah Atiroto yang isinya:

    Ha

    Setya Bekti Ing Gusti Hangayomi Sapadanig Urip Rilo Lego Ing Pati

    Na

    Hamikukuhi Tan Keno Hamabuang Tilas Tan Gawe Wisuna

    Ca

    Tan Ngowahi Naluri Tanah Jawa Dadi Raharjo

    Berikutnya mereka membentuk pasukan di tempat yang sama. Pasukan Pangeran Diponegoro terdiri dari Pasukan Surakarta yang terpilih, Pasukan Yogyakarta yang terpilih, dan Pasukan Gagatan itu sendiri. Semua pasukan ini mempunyai sandi yang sama yaitu Pasukan Bulkiya.

    BalasHapus
  15. Ditempat saya ada makamnya Mbah Demang Gitodiprodjo mungkin admin bisa menjelaskan siapa tahu ada hubungannya dengan tumenggung prawiradigdaya. Apabila berkenan silahkan hubungi kontak saya 082334437641 (KRT.Anwar Adinegoro)

    BalasHapus
  16. salam perkenalan.....
    nama saya : R.Djoko Soedjono, SE cucu dari RM. Partowijoyo Pulung, Sini, kab.Boyolali, adalah masih keluarga Trah Gagatan serta saya masih keturunan Kanjeng Sunan Tegalarum. jika berkenan dan ingin komunikasi hubungi ke no saya. 081325718059. tks.

    BalasHapus
  17. Aslm alaikum
    Nama saya jokocahyono
    Saya cucu dari eyang yatmo pawiro putro saking eyang m.semagun
    Dari desa kedungringin kec.suruh
    Saya senang dg artikel trah gagatan
    Krn saya dulu sering ngantar simbah eyang saya waktu pertemuan trah gagatan di desa mongkrong sama seling
    Salam seduluran selawase trah gagatan

    BalasHapus
  18. Aslm alaikum
    Nama saya jokocahyono
    Saya cucu dari eyang yatmo pawiro putro saking eyang m.semagun
    Dari desa kedungringin kec.suruh
    Saya senang dg artikel trah gagatan
    Krn saya dulu sering ngantar simbah eyang saya waktu pertemuan trah gagatan di desa mongkrong sama seling
    Salam seduluran selawase trah gagatan

    BalasHapus
  19. Kami jg dari trah gagatan... Alhamdulillah Keturunan dr eyang Joyo Rejoso(putra no 11 dr eyang Prawirodigdoyo) sdh membuat buku silsilah dr Eyang Prawirodigdoyo...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku silsilah yg dibuat keluarga kami RT.Prawirodigdoyo punya putra 17.putra yg ke 11 bernama Joyo Rejoso.dan mempunyai putra 11, yaitu :
      1. Gini Rejo
      2. Karto Dimejo (Demang sarean Kemusu)
      3. Atmo Wijoyo (Demang Karangjati Wonosegoro)
      4. Karto Wijoyo II (Demang ketoyan Wonosegoro)
      5. Musriyah Kartosudiro (Demang Distrik Ketoyan Wonosegoro)
      6. Kuning kagarwo Demang Gagatan
      7. Karto Diwiryo (Demang Krangkeng Wonosegoro)
      8. Timah
      9. Marto Diromo
      10. Parto Wijoyo
      11. Mangun Diwiryo

      Eyang Karto Dimejo punya 5 putra :
      1. Karto Wijoyo (Demang Sarean Kemusu)
      2. Joyo Sukarto (Demang Sarean Kemusu)
      3. Dinar
      4. Mirah
      5. Akik

      Eyang Karto Wijoyo punya 4 putra :
      1. Wiro Sukarto ( Lurah ke 1 Sarean)
      2. Ronggo/Den Mitro
      3. Sukini
      4. Jayus

      Dari eyang sukini inilah keluarga kami terlahir :
      1. Suwaji Ciptorejo
      2. Toyo Carito
      3. Rukamti
      4. Jumiyati
      5. Sunarmi
      6. Suharno

      Itu silsilah yg dibuat dari keluarga kami apabila ada kesalahan mohon dikoreksi dan kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kesalahan tujuan kami membuat agar anak cucu tetap menjaga tali silaturahim.🙏

      Hapus
    2. Revisi, putra yg ke 1 eyang Joyo Rejoso adl Guno Rejo

      Hapus
    3. Salam rahayu. Mohon petunjuk,apakah dlm silsilah trah gagatan tsb ada tercantum nama leluhur kami SINGOWIJOYO yg mjd demang di desa bolo,wonosegoro,boyolali ? Matursuwun

      Hapus
  20. Saya ( Purwondo Sardono )
    Bapak ( Dirnoto Biyono )
    Mbah putri ( RA .Suyati )
    Mbah buyut ( R . Resotiko )
    Mbah canggah ( R . Mitro Musri )
    Mbah Wareng ( R . Prawiro Sentono )
    Mbah udeg-udeg ( Raden Tumenggung Sutomenggolo )

    Maaf saudara-saudaraku , jika ada yang tahu kelanjutan leluhur saya berikutnya . tolong beritahu saya.
    Sebab silsilah saya putus di Eyang Raden Tumenggung Sutomenggolo ( Tumenggung Gagatan ).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda masuk garis keturunan dari istri ke2 anak ke-4 R. Resotiko. Bapak Mertua saya juga sama tapi dari anak ke-2 (Martodikromo)

      Hapus
  21. Salm Rahayu sambung ROSO sangt tertarik bnget dgn wacana gagatan di lanjut dilestarikan menawi kepareng di pun wonten Aken silaturohmi

    BalasHapus
  22. Njih insyaallah meniko nembe rencana bade ajeng diselanggarakan saresehan silaaturahmi trah gagatan

    BalasHapus
  23. Monggo dipun sowani sareanipun.
    Dipun uri-uri, dipun rawat.
    Kersanipun boten lumuten ngoten niku.

    BalasHapus
  24. Mbah canggah saya adalah mbah potro wijoyo lurah pertama desa kendel kemusu boyolali, pernah dengar mbah potro wijoyo ada garis sambung ny kepada trah gagatan, mungkin disini ada yg bisa menjelaskan. Matursuwun

    BalasHapus
  25. Salam kenal.. Saya Harsono Pamuji. Saya adalah cicit dari Embah R. Ngt. PRAWIRO DIKROMO yg merupakan putra dari R.T. PRAWIRO DIGDOJO. Mhon petunjuk arahan nya. Embah R.Ngt.PRAWIRO DIKROMO punya anak Mbah R.A.SUPARTI, Dan bapak saya, R. BARDJONO adalah anak dari R.A. SUPARTI.. Mhon petunjuk arahan trah ini utk diri saya.. Trims

    BalasHapus
  26. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  27. Ayah saya bernama sunardi lahir tahun 1948. Kakek buyut ayah saya SINGOWIJOYO demang desa bolo ,wonosegoro,boyolali.apakah demang Singowijoyo termasuk trah gagatan???

    BalasHapus
  28. Salam kenal. saya tertarik dengan sejarah adipati Gagatan ini. Bb/ibu adaakah yang berekanan berbagi ceritanya? Apakah ada kaitan sjarah dengan desa saya, Saren, Kalijambe, Sragen? mengingat letaknya tdk jauh dari Gagatan dan dekat Kaliyasa. maturnuwun. silaturahmi dengan saya wa 081364021104

    BalasHapus